FENOMENA "BOLONGAN"
FENOMENA "BOLONGAN"
Tanaman janda bolong kini sedang dibicarakan oleh banyak kalangan karena harganya yang mencapai ratusan juta Rupiah.
Tanaman ini kian sering dibicarakan sejak pertengahan tahun 2020 di saat pandemi virus corona melanda Indonesia. Pada saat pandemi, banyak orang yang menghabiskan lebih banyak waktunya di rumah dimana salah satu aktivitasnya adalah merawat tanaman.
Salah satu tanaman yang mendapatkan banyak perhatian adalah tanaman janda bolong, jenis tanaman yang memiliki daun bolong-bolong dengan warna perpaduan hijau dan putih. Tanaman ini disebut memiliki nama latin Monstera adansonii. Banyak pula yang menyebut tanaman ini dengan nama Swiss chesee plant.
Kendati mulai ramai dikenal sejak beberapa tahun lalu, harga janda bolong melesat baru beberapa bulan terakhir. Salah satu kemungkinan peningkatan harga tersebut adalah tingginya permintaan dan minimnya persediaan.
Harga tanaman yang disebut mencapai ratusan juta Rupiah tersebut bukan tidak mungkin menarik minat banyak orang untuk turut berbisnis tanaman ini. Tentu saja, bagi yang berminat, tidak ada salahnya untuk membeli atau menjual tanaman hias ini.
Namun, sebelum mengambil keputusan bisnis yang besar, ada baiknya mengingat pengalaman serupa saat tanaman hias gelombang cinta (anthurium) yang dulu pernah meledak di berbagai kota di Indonesia.
Kini tidak hanya Tanaman hias janda bolong saja yang sekarang menjadi bahan pembicaraan dikalangan pengguna jalan di beberapa ruas jalan d sepanjang jalan Kabupaten wilayah kambalan pun sekarang ada "Bolongan Sewu" sebutan yang kini disematkan oleh pengguna jalan wilayah tersebut.
Sungguh mengenaskan Tepatnya pada hari ini Rabu 20/1/21pukul 13.30 sebuah trukk nyaris terguling karena mencoba memilih alur jl yang dapat dilewati. Jalan yg begitu rusak parah tidak kurang dari 1000 m ( Wil desa Lajer & Pucangan) bahkan boleh dibilang lebih parah dari bolongan Sewu beberapa yang terjadi pada beberapa tahun lalu. Hingga masyarakat dalam tutur logat Jawa mengatakan " Niki pun mboten maleh bolong sewu nanging mpun "suakan sewu" (ini bukan lagi lubang seribu tapi sudah kolam seribu ditambah lagi dalam tutur yg sama, Mugi Mugi pemerintah Saestu nggateaken bab puniko ( masyarakat sangat mengharapkan kepedulian pemerintah). Hal itu sangat membahayakan sekali di malam hari ditambah musim hujan.